SURABAYA POST - Memiliki sebuah amplop berusia
159 tahun yang berasal dari Australia cukup membanggakan Sitatag Juary
seorang filatelis asal Surabaya. Harga amplop yang sudah tidak lagi
berwarna putih itu pun bisa mencapai jutaan rupiah.
"Ya kalau di
luar negeri, amplop ini bisa berharga US$ 1.000 atau sekitar Rp 9 juta
lebih," kata Sitatag saat ditemui dalam acara bursa filateli yang
digelar di Kantor Pos Kebon Rojo, Surabaya.
Selain berusia 159
tahun dan dicetak dia Australia pada kurun waktu 1851 hingga tahun
1854, yang menjadi keunikan adalah amplop tersebut terbit ketika
perangko belum beredar.
"Sebelum ada perangko, mereka
menggunakan cap atau stempel berbentuk kupu-kupu di pojok kanan atas,"
terang filatelis yang mulai menggeluti hobi pengumpulkan produk pos ini
sejak duduk di bangku sekolah SMP ini.
Tak hanya amplop asal
Australia, Sitatag juga memamerkan koleksi amplop yang dikirim oleh
warga Belanda untuk kerabatnya yang ada di Bandung. Berbeda dengan
amplop asal Australia, amplop asal Belanda tersebut sudah memiliki
perangko tertanggal 12 November 1937 yang ditujukan untuk orang Belanda
yang tinggal di Bandung.
"Keunikan amplop ini adalah adanya stempel maskapai penerbangan yaitu Flight of the Royal Ducth Airlines
yang berbentuk wayang dan kupu-kupu selain dua stempel kantor dari
kantor pos baik kantor pos Belanda maupun Pos Indonesia," jelas Alumnus
Interior Design Universitas Petra Surabaya ini.
Sitatag
menjelaskan, harga amplop asal Belanda yang memiliki keunggulan stempel
maskapai penerbangan ini sekitar Rp 3-4 juta. Tak hanya menggoleksi
amplop, Sitatag juga mengkoleksi perangko bahkan artist drawing
atau lukisan awal sebelum menjadi perangko. Dimana lukisan itu
berceritakan tentang kependudukan Jepang di Jawa tahun 1942-1945.
Demi
berburu koleksi-koleksi produk filateli unik, Sitatag sangat rajin
mengikuti lelang dunia maya dan rela merogoh kocek yang dalam. Namun,
Sitatag enggan menyebutkan berapa rupiah yang harus dia keluarkan untuk
mendapatkan kedua amplop koleksi antik tersebut.
"Saya
mendapatkan amplop ini dari seorang filatelis senior almarhum FX
Kurnadi. Untuk memiliki amplop ini saya harus menunggu bertahun-tahun,
saat saya menginginkannya usia saya masih 13 tahun, oleh almarhum saya
baru boleh membeli amplop ini bila saya sudah bekerja,"
Sayangnya, lanjut dia, saat FX Kurniadi wafat, ia masih kuliah, namun
dalam wasiatnya beliau menuliskan amplop ini hanya boleh dibeli oleh
saya. "Sehingga, ahli warisnya pun langsung mengontak saya," urainya
sumber: http://bola.viva.co.id/news/read/156018-amplop_berusia_159_tahun_seharga_rp_9_juta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar